Tuesday, January 27, 2009

Teh Gopek

Apalagi yang lebih nikmat selain pagi-pagi menikmati segelas teh hangat beraroma melati? Meskipun sekarang sudah bekerja di Sulawesi Selatan, kenangan akan citarasa dan aroma teh yang menemani masa kecil saya tidak pernah terlupa. Ialah teh Gopek,yang memiliki citarasa teh yang sangat khas beraroma melati. Rasanya yang sepet dan warnanya yang menggugah selera, belum lagi uap seduhan pertama ketika daun-daun teh itu disiram dengan air mendidih…sungguh menggugah selera.

Sejak awal datang ke Sulawesi, saya tidak mendapati teh Gopek ini baik di warung, pasar, maupun supermarket. Seingat saya pula, ketika masih kuliah di Jogja dulu saya sempat menemui teh Gopek di Mirota Kampus sebelum akhirnya digantikan dengan teh Poci. Memang sama-sama teh melati tetapi aromanya lebih kuat teh Gopek. Jadi sepertinya saya harus ‘mengimpor’ teh ini dari Magetan :P
Teh nasgithel - panas, legi, kenthel (yang dalam bahasa Indonesia berarti panas, manis, dan kental) - bagi saya adalah sesuatu yang jika tidak dihirup pagi-pagi atau sore hari bisa menimbulkan perasaan akan adanya ’sesuatu yang hilang’. Memang saat ini saya tidak seeksklusif dulu untuk urusan memilih merek teh sepanjang masih berupa teh melati. Hasil petualangan saya mencari pengganti teh Gopek tercinta menghasilkan beberapa merek yang bisa sedikitnya ‘melegakan’ selera saya, seperti 2Tang Premium dan Sariwangi Melati untuk teh celup serta Tjatoet dan Poci untuk teh seduh (nama teh Poci ini selalu mengingatkan saya akan memori bersama Ria tersayang saat melewatkan kata demi kata dan hangatnya suasana malam di kedai Teh Poci - Jogja). Tapi ibarat pepatah, sejauh-jauh bangau terbang pasti akan kembali ke sarangnya. Dan begitu pulalah saya, akhirnya menemukan trik jitu untuk menikmati segelas teh Gopek hangat. Ya, saya minta dikirimkan teh Gopek sebungkus besar berisi sepuluh teh dalam kemasan kertas. Hmmmm…..

Iseng-iseng saya mencari referensi tentang teh Gopek ini dari internet. Ternyata ada setidaknya dua alamat situs yaitu tehgopek.tripod.com dan kucing-goreng.blogspot.com/2007/08/teh-gopek.html. Wow! Yang pertama menyebut diri sebagai situs resmi (official website) tapi tidak pernah di-update lagi sejak 2006 (dan minim informasi!). Yang berikutnya lebih lengkap, termasuk cerita tentang sejarah dan silsilah keluarga yang membangun dan mengelola perusahaan teh Gopek.

Saya agak bingung dengan nama Gopek itu sendiri. Terlintas kemungkinan merujuk pada angka 500 (gopek). Apakah dulunya harga secangkir teh ini adalah 500 rupiah? Sepertinya tidak karena perusahaan ini telah berdiri sejak jaman pendudukan Jepang (1942) seperti kutipan berikut ini : “Perusahaan Teh Gopek didirikan di Slawi sekitar tahun 1942, bersamaan dengan jaman penjajahan Jepang di Indonesia. Pada awalnya, perusahaan Teh Gopek dimulai sebagai Home Industry dengan peralatan sederhana.”

Dan ternyata nama Gopek memiliki maksud tersendiri, yaitu pucuk daun teh yang bagus (Golden Orange Pekoe). Selain itu, nama Gopek juga berasal dari nama tengah 5 pemuda keluarga Kwee, yaitu Kwee PEK Tjoe, Kwee PEK Hoey, Kwee PEK Lioe, Kwee PEK Lo, dan Kwee PEK Yauw. Nah, rasa penasaran saya sudah terjawab sekarang.

Terlepas dari arti namanya, Gopek tetap memiliki aroma teh melati yang khas. Pernah saya melakukan crosscheck dengan beberapa teman sesama pecinta teh dan jawaban mereka yang pernah merasakan teh Gopek ini rata-rata sama, “It’s the real jasmine tea! Have a great taste!”. Sebagai pecinta teh melati, sudahkah Anda mencobanya?

Coto Paraikate

Sarapan pagi lagi di Coto Paraikate di Jalan Pettarani, Makassar. Biar dibilang sarapan tapi dateng ke sananya sekitar jam 10 pagi - jadinya semi makan siang deh. Coto Paraikate ini bisa dibilang warung yang kalau bisa harus dicoba kalau kita ke Makassar. Paling kondang se-Makassar. Coba tanya aja sama sopir angkot (pete-pete) pasti mereka tahu. Naik jalur E, turun di depan warung coto ini. Suasananya selalu ramai tiap hari, apalagi menjelang jam makan siang atau malam. Seringkali kita harus ngantri nunggu pelanggan yang lain selesai sebelum dapat tempat duduk saking penuhnya.

Bagiku pribadi rasa coto di sini biasa-biasa saja. Mungkin karena lidah orang Jawa jadi gak bisa ngenalin rasa coto yang ‘hot’ itu seperti apa. Beberapa warung coto yang kecil bagiku rasanya lebih pas di lidah :p, seperti coto Yoko atau coto Daeng di depan Mal Panakkukang.

Tapi ada satu yang membuat warung ini menarik, yaitu adanya live show dari beberapa musisi kota Makassar. Dulu seingatku paling tidak ‘mini orkestra’ itu terdiri dari dua atau tiga gitar akustik, satu bass betot dan satu perkusi. Vokalisnya sekalian pegang gitar rythm yang genjrang-genjreng. Live music cuma-cuma ini membawakan lagu-lagu masa kini dari beragam genre berbeda, mulai dari lagunya Kangen Band (:P) sampai lagu-lagu reggae dari Coconut Trees, mulai dari dangdut sampai lagu Bugis. Caranya membawakan lagu-lagu itu apik, utuh…dari intro hingga melodi di tengah-tengah lagu. Suara vokalisnya pun patut diacungin dua jempol. Tak jarang aku sengaja berlama-lama makan cotonya untuk menikmati sajian luar biasa ini (catat : orang Makassar kalau makan cenderung cepet dan habisnya banyak! Hehehe..).

Slank - Too Sweet To Forget

Salah satu bintang tamu yang ditampilkan di acara Dahsyat di salah satu stasiun tv swasta beberapa hari yang lalu adalah Slank. Wooo…….sontak acara jadi rame banget. Well…siapa sih yang tidak kenal sama grup dari Gang Potlot itu? Yang punya fans fanatik dengan sebutan Slankers?

Saat itu yang ditampilkan adalah sebuah lagu lama yang diaransemen ulang. Saat Kaka menyebutkan judul lagu yang akan dimainkan “Too Sweet To Forget” langsung pikiran melayang. Sepertinya familiar deh judulnya, apa sengaja di-Inggriskan judulnya, begitu pikiranku. Ternyata memang lagu yang aslinya berjudul Terlalu Manis itu dimainkan secara akustik menggunakan bahasa Inggris!!! Wah…Slank sudah go international nih!!!

Mmmm….namun serasa ada yang mengganjal di hati. Too sweet to forget mungkin maksudnya “terlalu manis untuk dilupakan“. Tapi jika diartikan, artinya malah “terlalu manis untuk melupakan“. Lebih pas jika kalimatnya “too sweet to be forgotten” soalnya bentuknya adalah kalimat pasif (hehe…dari yang saya pelajari sejauh ini).

Ada beberapa kalimat juga di lirik versi Inggrisnya yang kurang pas. Diantaranya adalah :

  • Kalimat “I took my guitar and I begin to play”. Karena menggunakan kata sambung “and” maka bentuk waktu yang digunakan pada kalimat pertama dan kedua seharusnya sama. Jadi lebih pasnya “I took my guitar and began to play”. :)
  • Kalimat “Inside of cold dark lonely night, memories of the two of us begin to take fly”. Penekanan saya pada frasa “begin to take fly”. Mungkin maksudnya melayang. Kata “to” diikuti kata kerja bentuk pertama (infinitive), sementara kata “take” diikuti dengan kata benda. Seperti “Take a Bow” (like Madonna’s song), “Take me through the night”. Lebih pasnya “begin to take the flight” (flight = kata benda dari fly) atau sekalian “begin to fly”.

Hehehe…..ini sekedar analisa saya lho, bukannya bermaksud menggurui. Jika kurang tepat mohon dimaafkan. Tentu harapannya adalah lirik lagu dalam bahasa asing memiliki makna yang sesuai dengan yang kita maksudkan. Lebih bagus lagi jika sesuai dengan tata kalimat dari bahasa asing yang kita pilih. Jika lirik kita indah dan sesuai dengan tata bahasanya, siapa pula yang merasa bangga? Kita sendiri kan? Bukankah bahasa menunjukkan bangsa…??

Peace (piss)………!!!!